Minggu, 11 September 2011

Amplop

Sepanjang jalan, diatas sepeda motor dinasnya dia berpikir “Berapa ya kira-kira isi amplop ini?”
Ternyata dalam acara tadi selepas pamit dan “berjabatan tangan”, si saudagar tersebut menyelipkan sebuah amplop ke tangan Pak Ulis.

Sesampainya dikantor tempat ia bekerja, ia bergegas menuju ruangannya. Lalu dengan sangat hati-hati dia membuka amplop yang sepanjang jalan jadi pemikirannya.
“Alhamdulillah, lumayan 500 ribu” dia bergumam dalam hati dengan wajah berseri tentunya. Dia mengambil peci hitam yang tergantung dibelakang kursi kerjanya, lalu diambilah 200 ribu dari amplop tersebut dan diselipkan pada peci dengan sangat rapi.
Pak Ulis berkata dalam hati,”Bu, Ayah dapat rizki nih 300 ribu!!!”

Sambil menutup kembali amplop tersebut dengan sangat hati-hati, sehingga tidak kelihatan pernah dibuka.
Suatu hari, kantor Pak Ulis kedatangan tamu dari kabupaten, yang mana para tamu tersebut melaksanakn tugas survey proyek pengaspalan jalan didesa tersebut. Setelah pelaksanaan survey, para tamu itu beristirahat dikantor Pak Ulis sambil menikmati minuman dingin dan snack tentunya. Kemudian Pak Ulis dipanggil atasannya.

“Pak,tolong siapkan amplop 4 buah!” kata atasan Pak Ulis setengah berbisik.
“Baik Pak” Pak Ulis menjawab pelan. Kemudian dia beranjak, dan tak lama kemudian dia membawa 4 buah amplop yang dipinta atasannya tadi.
Suatu ketika Pak Ulis menghadiri acara tabligh akbar dalam rangka syukuran khitan yang diselenggarakan oleh salahsatu warga di desanya. Dan seperti biasa setelah acara selesai dan pamitan pulang, tuan rumah menyelipkan amplop pada tangan Pak Ulis ketika salaman, dan Pak Ulis pun pulang dengan perasaan seperti biasa “Berapa kira-kira isinya?”
Tiba dirumah, setelah mengucapkan salam Pak Ulis berkata kepada istrinya yang menyambutnya.
“Gak kuat nih, perut Ayah sembelit Bu!” Sambil bergegas menuju kamar mandi.

Ternyata didalam kamar mandi, Pak Ulis bukan membuang hajat seperti biasanya, namun merogoh saku jas dan mengeluarkan amplop yang dia peroleh di acara tadi. Pelan-pelan Pak Ulis membukanya.
Setengah enggak percaya mata Pak Ulis terbelalak ketika mengeluarkan isi dalam amplop tersebut dan dihitungnya satu persatu.
“5 juta????????” Pak Ulis terkejut campur kaget, karena biasanya isi amplop yang dia peroleh dalam acara sekelas syukuran tidak melebihi dari Rp.500 ribu.

“Obat sakit perut masih ada koq Yah, cari saja dikotak obat!!!” Suara istrinya terdengar dengan jelas.
“I…i..i…iya, nanti A..a..a.yah cari” Pak Ulis sedikit tercengang.
Lalu dengan cepat ia mengambil separuh dari uang tersebut dan lagi-lagi diselipkan pada peci hitam kesayangannya.

“Bu, Ayah dapat rizki nih dari acara tadi” Kata Pak Ulis ketika selesai minum obat sakit perut.
“Alhamdulillah, berapa itu Yah???” Istrinya bertanya.
“Ya hitung saja sendiri!” Sambil memberikan amplop pada istrinya. Lalu istri Pak Ulis pun mengeluarkan isi amplop dan menghitungnya, “3,2 juta Yah, ga salah? Ini halal??” Istri Pak Ulis setengah tak percaya.
“Ya udah,itu rizki kita bu! Patut kita terima dan kita syukuri”

Pak Ulis memiliki kolam ikan yang begitu besar. Setiap pagi ia melihat-lihat serta memberi pakan pada ikan-ikan peliharaanya tersebut. Tak terkecuali pagi itu, jam 5 Pak Ulis sudah berangkat ke kolam ikan yang agak jauh dari rumahnya.
Setelah sekitar 10 menit Pak Ulis pergi, datanglah seseorang yang bertamu ke rumah Pak Ulis. ternyata dia yang punya hajat malam tadi.
“Ada apa Pak Harun, tidak seperti biasanya pagi-pagi bertamu ke sini???” Istri Pak Ulis bertanya pada tamu tersebut.
“Sebelumnya saya mohon ma’af Bu, Saya tergesa-gesa! Malam tadi saya kesalahan memberikan amplop, seharusnya amplop untuk Pak Ulis adalah yang ini” Kemudian dia mengeluarkan amplop dari sakunya.
“Dan amplop yang diberikan pada Pak Ulis adalah untuk mubaligh yang memberikan ceramah malam tadi”
“Emang isinya beda, Pak Harun?” Istri Pak Ulis bertanya.
“Ya pasti Bu, yang untuk Pak Ulis 500 ribu dan amplop yang dibawa Pak Ulis yang untuk mubaligh isinya 5 juta”

“Oooooooohhhhh…..!!!!????”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar