Jumat, 16 September 2011

Sebuah pengakuan ; Aku pria selingkuh

Aku tak habis pikir, entah mengapa istriku mengingkari janjinya. Disaat pacaran serta sebelum kami memutuskan untuk mengarungi bahtera rumahtangga, saat-saat itulah beberapakali aku mohon kalau dia mencintaiku maka dia juga harus menerima aku apa adanya serta yang paling utama harus bersedia menerima anak perempuanku yang kini memasuki usia 6 tahun.

Tapi janji tinggal janji, sekarang lain kenyataannya. Pertama dalam sikapnya seolah-olah tidak mau kehadiran anakku, bahkan suatu waktu secara terang dia menyatakan bahwa tak ingin anakku tinggal bersama. Walau dengan perasaan yang sangat pedih serta menyesal aku terima kenyataan ini. Dengan tekad tidak ingin mengulangi kegagalan untuk kedua kalinya maka aku jalani semua ini. Anak pertamaku dari hasil perkawinan dengan istriku yang pertama kutitipkan pada neneknya.

Hari berganti hari, tak terasa perkawinanku memasuki usia yang ketiga. Dan istriku tidak menunjukan perubahan terutama dalam sikapnya pada anak perempuanku. Bahkan biaya hidup untuk anakku tidak pernah dia pikirkan.

Teman-teman berusaha menasehatiku agar aku tetap bersabar. Mereka mengatakan itu sesuatu yang wajar karena dia belum merasakan bagaimana mempunyai anak serta memberikan kasih sayang seutuhnya, nanti juga kalau punya anak pasti dia akan berpikir. Begitulah sebagian besar teman-teman termasuk orangtuaku disaat aku meminta pendapatnya tentang keadaan ini.

Setelah ditunggu-tunggu dengan sebuah pengharapan yang sangat besar dia berubah, akhirnya kami pun dikaruniai anak laki-laki dan sampai saat ini sudah berusia 8 bulan.

Dan semua pendapat teman-teman berikut keluargaku tak terlaksana. Istriku bahkan seakan-akan lupa bahwa aku sudah mempunyai anak. Dia sibuk memperhatikan anak kami yang sekarang saja dan memperdulikan anakku.
Akhirnya dengan segala cara dalam rentang waktu tersebut, tanpa sepengetahuan istriku segala kebutuhan anakku yang tingga bersama neneknya aku penuhi. Dalam batin ini seringkali menangis, karena semua ini tanpa sepengetahuan istriku sedangkan dalam sisi lain aku punya tanggungjawab menghidupi anak pertamaku.

Mungkin inilah yang disebut selingkuh, dan entah sampai kapan aku melakukannya.

“Ma’afkan aku Istriku…..Aku selingkuh dari darimu!!!

1 komentar:

  1. Yakin cuma selingkuh itu aja????
    Bagaimana dengan "SELINGKUH" yang lain????

    BalasHapus